PEMBUATAN SUDU TURBINE MENGGUNAKAN CAD DAN CAM
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memproduksi seperlima dari
total energi listrik dunia (World Energy
Council1). Bahkan sedikit saja peningkatan atau penurunan
efesiensi yang dilakukan pada desain hidrodinamiknya dapat berpengaruh besar
terhadap jumlah suplai energi listrik dunia. Kesesuain desain dan hasil
manufaktur dari komponen PLTA seperti sudu turbin menjadi sangat penting karena
akan berpengaruh pada efesiensi turbin. Namun disanalah letak kesulitannya,
sudu turbin memiliki tingkat konpleksitas geometri yang tinggi dan hal tersebut
menjadi salah satu tantangan utama industri manufaktur saat ini (Prajapati et al. 2).
Industri manufaktur pada umumnya
menggunakan mesin CNC (computer numerical control) dalam pembuatan sudu turbin tersebut. Secara umum mesin
yang digunakan ada dua jenis, yaitu CNC 3-axis untuk pengerjaan roughing dengan
CNC 5-Axis untuk pengerjaan semi-finishing
dan finishing komponen sudu turbin (Prajapati et al.2, Munar et al.3). Penggunaan dua jenis mesin untuk pengerjaan
satu komponen secara otomotis membutuhkan dua kali pengaturan atau double setup. Setup tersebut
mencakup beberapa pengaturan seperti letak benda kerja, penentuan parameter
pemotongan, pemilihan toolpath, dsb.
Tujuan pemilihan double setup dalam
permesinan CNC sudu turbin adalah efesiensi biaya produksi (Munar et al. 3). Namun menurut C.
Tournier et al.4 (2006)
dalam penelitiannya mengenai proses manufaktur sudu turbin air, penggunaan double setup tersebut menimbulkan
beberapa kesulitan yang menyebabkan turunnya tingkat produktifitas dikarenakan
total waktu permesinan yang meningkat. Munar et al.3 (2007)
mengatakan dalam penelitiannya tentang manufaktur propeller kapal bahwa permasalahan turunnya produktifitas yang
terjadi pada double setup ini dapat
diatasi dengan menerapkan single setup
atau dengan kata lain seluruh pembuatan komponen dilakukan dengan satu mesin CNC
5-axis saja.
Disisi lain, perkembangan
teknologi CAD/CAM dengan fitur-fitur seperti permodelan 3-Dimensi (3D) dan
simulasi permesinan CNC telah berhasil mengurangi beberapa kesulitan yang
dihadapi industri manufaktur. Perangkat lunak CAD (computer aided design) seperti Autodesk Inventor untuk permodelan
3D dan perangkat lunak CAM (computer
aided manufacture) seperti MasterCAM sebagai alat bantu yang efektif dalam
hal membuat (generate), eksekusi, dan
melakukan simulasi pergerakan tool (toolpath) adalah yang umum dikenal saat
ini. Perangkat lunak CAD/CAM ini dapat digunakan untuk melihat pengaruh
perubahan parameter terhadap total waktu proses permesinan dalam waktu singkat.
Fasilitas post-processing yang dimiliki MasterCAM juga dapat mengubah hasil
simulasi toolpath menjadi kode NC (numerical
control) untuk pemograman CNC (Prajapati et al.2).
MasterCAM juga menyediakan fitur-fitur yang mendukung untuk simulasi permesinan
sudu turbin. Prajapati et al.2 (2013)
contohnya, dalam penelitiannya tentang optimasi toolpath ia memanfaatkan fitur
yang ada pada MasterCAM untuk melakukan simulasi permesinan sudu turbin.
Penelitian ini memfokuskan
simulasi permesinan sudu turbin mikrohidro dari desain yang telah diselesaikan
oleh Sarika5 (2012) dengan single
setup pada mesin CNC milling
5-axis. Tujuannya adalah untuk mengetahui total waktu pemotongan (cutting time) sudu turbin tersebut pada single setup permesinan di mesin CNC milling 5-axis. Autodesk Inventor
digunakan untuk pembuatan model 3D runner
turbin. Sedangkan MasterCAM digunakan untuk melakukan simulasi proses
permesinan CNC 5-axis dengan single setup. Fitur Blade Expert pada MasterCAM digunakan untuk pembuatan toolpath untuk proses roughing, semi-finishing, dan finishing benda kerja. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pembuatan sudu turbin mikro hidro yang
dikerjakan dengan mesin CNC 5-axis.
1.2
Tujuan Tugas Akhir
Tujuan dari
penelitian pada
Tugas Akhir ini untuk
mendapatkan algoritma (tahapan) pada pembuatan model 3D runner turbin Kaplan berdasarkan data hasil perhitungan dan
algoritma simulasi proses permesinan mesin CNC 5-axis pada pembuatan runner turbin Kaplan dengan single setup.
1.3
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari
penelitian ini adalah berupa informasi algoritma pembuatan model 3D
pada perangkat lunak CAD dan algoritma
simulasi proses permesinan menggunakan perangkat lunak CAM yang dapat digunakan
sebagai referensi dalam pembuatan model 3D dan proses permesinan mesin CNC
5-axis runner turbin tipe Kaplan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Proses Permesinan
Proses
manufaktur modern telah melibatkan banyak proses didalamnya dan hal tersebut
menjadi tantangan bagi para insinyur untuk dapat memililih kombinasi proses
paling ekonomis untuk membuat poduk berkualitas tinggi dengan harga yang tepat
(Grzesik6). Range produk
dari yang berharga tinggi yang umumnya dibuat dalam jumlah kecil seperti mesin
jet hingga komponen blade yang dibuat
dalam jumlah jutaan. Untuk menjawab tantangan tersebut, para insinyur
manufaktur harus memiliki pengetahuan yang jelas tentang material apa yang
dapat diproses dan bentuk seperti apa yang dapat dihasilkan dari proses
tersebut. Salah satu proses yang dimaksudkan adalah proses permesinan. Menurut
Taufiq7 (1993), Proses permesinan merupakan suatu proses yang
digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dengan cara memotongnya.
Proses
permesinan juga secara umum dipahami sebagai proses pengurangan material yang dibagi
atas tiga jenis proses, yaitu mekanika, termal, dan kimia. Tabel 2.1
menunjukkan klasifikasi proses pengurangan masa yang tersedia saat ini.
Kelompok pertama adalah katagori mekanik yang mana merupakan proses permesinan
material konvensional. Sedangkan dua proses lainnya, diklasifikasikan sebagai
proses permesinan non-konvensional. Pada kasus IV katagori mekanik, tampak
tidak adalanya proses pemotongan dengan suatu tool tajam terjadi, dan oleh
sebab itu kasus IV ini umumnya diklasifikasikan sebagai operasi metal-forming atau pembentukan material.
Tiga
teknologi dasar dengan karakteristik dimensi dan toleransi yang mampu dicapai
suatu proses permesiman ditampilkan pada Gambar 2.1. Tabel 2.2 menggambarkan
tingkatan proses dalam proses permesinan yang berperan dalam perubaan
mikrostruktir dan sifat material pada permukaan yang dipotong.
Tabel 2.1 Klasifikasi proses
pengurangan masa pada proses permesinan
Sumber: Grzesik6
Gambar 2.1 Hubungan dimensi
komponen dengan toleransi
Sumber: Grzesik6
Adapun klasifikasi proses permesinan menurut
gerak relatif tool (pahat) terhadap
benda kerja, menurut Taufiq2
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yaitu, proses turning (bubut), drilling
(gurdi), milling (freis), grinding (gerinda), sekrap, dan sawing (gergaji) (lihat Tabel 2.2).
Sumber: Taufiq7
Penjelasan selanjutnya tentang beberapa proses diatas akan
dibahas pada subbab-subbab berikut.
2.1.1
Proses Bubut
Proses turning atau pembubutan merupakan salah
satu kelompok permesinan yang melibatkan gerak rotasi sehingga membuat pahat
dapat melakukan gerak pemakanan. Kombinasi kedua gerak tersebut digunakan untuk
memotong baik bagian luar maupun bagian dalam permukaan benda kerja. Mesin
produksi yang dapat melakukan proses bubut dikenal dengan sebutan mesin lathe atau bubut (Astakhov3). Ilustrasi mesin bubut tertua ditemukan pada
dinding batu di kuburan Petosiris, atau telah ada sejak tahun 300 sebelum
masehi. Fakta tersebut telah menjadikan mesin bubut sebagai mesin perkakas
tertua. Sejak saat itu, maka desain mesin bubut telah mengalami perubahan yang
sudah berabad-abad lamanya. Mesin bubut modern yang dikenal saat ini setidaknya
telah dilengkapi oleh motor yang powerful
dan high-precision drives, yang
dikendalikan secara elektronik via interface
menu komputer, program yang dapat dimodifikasi dan ditampilkan langsung di
mesin tersebut. Secara umum proses pembubutan digunakan untuk permukaan
silindris. Adapun gerak dasar mesin bubut yang
Gambar 2.2 Gerak dasar mesin bubut
Sumber: Astakhov8
ditampilkan pada Gambar 2.2,
diantaranya:
·
Gerak utamanya adalah gerak rotasi benda kerja
pada axis bubut
·
Gerak keduanya merupakan gerak translasi pahat
atau gerak pemakanan
Pada parallel turning (juga dikenal sebagai
bubut longitudinal), arah pemakanannya parallel terhadap sumbu pembubutan. Pada
facing dan parting, arah pemakanannya tegak lurus terhadap sumbu bubut.
Sedangkan pada tapering, arah
pemakanannya pada sudut tertentu terhadap sumbu bubut. Gambar 2.3 menunjukkan
variasi pengerjaan yang dapat dilakukan di mesin bubut CNC modern.
Gambar 2.3 Variasi pengerjaan
pada mesin bubut CNC modern
Sumber: Astakhov3
2.1.2 Proses
gurdi
Proses gurdi merupakan cara paling mudah dalam pembuatan
lubang pada logam padat (Grzesik1). Pahat gurdi memiliki dua
mata potong dan melakukan gerak potong akibat diputar pada poros utama mesin
gurdi (lihat Gambar 2.4).
Gambar 2.4
Ilustrasi proses gurdi
Sumber: Taufiq7
Beberapa jenis proses pembuatan lubang
atau proses gurdi (drilling)
ditampilkan pada Gambar 2.5. Proses ini juga dapat digunakan untuk
memperbesar lubang atau yang dikenal sebagai core drilling atau counter
drilling. Proses pembuatan dua lubang atau lebih dengan diameter berbeda
disebut step drilling. Sedangkan proses
pembesaran lubang yang dapat menghasilkan akurasi dan surface finish yang lebih
baik dikenal dengan sebutan proses boring.
Selanjutnya, proses pembuatan lubang dengan kedalaman terbatas dikenal dengan counter-boring. Countersinking dikenal sebagai proses drilling dengan
pembuatan lubang pada sudut tertentu, atau pada pembuatan chamfering. Terakhir adalah reaming
atau proses pembesaran lubang namun dengan tujuan untuk menghasilkan lubang
dengan ukuran dan bentuk tepat serta memiliki surface finish yang baik.
Gambar 2.5
Jenis-jenis umum proses drilling
Sumber: Grzesik6
2.1.3 Proses Freis (milling)
Proses freis atau milling merupakan pengerjaan
yang dilakukan dengan memutar (rotating)
mata pahat sebagai gerak pemakanan benda kerja hampir di seluruh arah, sehingga
dapat mebentuk benda kerja yang perismatik,
polydedrical atau berbentuk bebas (López
de Lacalle dan Lamikiz8). Proses milling
lebih banyak gunanya dibandingkan proses gurdi, bubut, sekrap atau proses
permesinan lainnya. Hal ini dikarenakan pada proses milling, setiap sisi mata pahat milling
dapat memotong material, hanya butuh sedikit pengaturan pada benda kerja, dan
umumnya menghasilkan geram yang kecil sehinggal mudah untuk dibersihkan pada
daerah pemotongan. Menurut López de Lacalle dan Lamikiz8 (2008),
pada awal tahun 1900-an hingga tahun 1960-an, proses milling hanya digunakan
untuk pengerjaan permukaan pelat. Namun saat ini mesin milling modern seperti
CNC lima axis yang dikendalikan melalui computer
numerical control (CNC), yang mana dapat mengendalikan toolpath dengan
kepresisian tinggi bahkan pada pemakanan kecepatan tinggi. Oleh sebab itu, saat
ini komponen yang sangat kompleks sekalipun dapat diproduksi dengan mesin milling ini, contohnya komponen cetakan
untuk plastic injection mould yang
biasanya memiliki bentuk permukaan sculptured
dan sebagainya.
Jenis-jenis pengerjaan utama proses milling menurut geometri benda kerja
atau kerumitan toolpath umumnya
dikelompokkan kedalam beberapa kelompok, yaitu facemilling, square-shoulder milling, pheripherical milling atau flank milling, profile milling, Cavity or pocket milling,
Slot milling. Kemudian juga
terdapat jenis proses milling khusus
seperti turn milling, thread milling, high speed milling, Plunge milling, Ramping, Helical
interpolation,
dan Trochoidal milling (López
de Lacalle dan Lamikiz8).
Gambar 2.5 Jenis-Jenis
pengerjaan utama pada mesin milling
Sumber: Grzesik6
Gambar 2.6 Contoh
proses milling khusus. (a) Slot
milling dan (b) thread milling
Sumber: López
de Lacalle dan Lamikiz8
2.2 Mesin Perkakas Multi-Axis
Penentuan
sistem koordinat menurut arah sumbu geraknya biasa menggunakan sistem koordinat
dengan prinsip tangan kanan (Gambar 2.7). Suatu mesin perkakas memiliki kendali pada
sumbu geraknya. Jika pergerakan simultan 2-axis tersedia, maka kendalinya
disebut kendali 2-axis. Contoh mesin perkakas yang memiliki 2-axis adalah mesin
bubut,yaitu pada sumbu X and Z.
Sumber: Radhakrishnan9
2.2.1
Mesin 2-Axis
Pada Gambar 2.8 diilustrasikan arah gerak mesin perkakas
2-axis. Sumbu X untuk arah gerak melintang yang tegak lurus terhadap sumbu putar. Sedangkan Sumbu Z untuk arah gerak mendatar dan sejajar dengan sumbu
putar.
Gamber 2.8 Contoh mesin perkakas 2-axis
(mesin bubut)
Sumber: www.HaasCNC.com
2.2.2 Mesin 3-Axis
Ilustrasi
permesinan komponen permukaan pada mesin 3-axis ditunjukkan oleh Gambar 2.10. Pada
permesinan permukaan berbentuk kurva, pahat yang digunakan adalah pahat khusus
dan pahat ball end mill adalah yang
disarankan (Radhakrishnan5). Jalur gerak pahat atau toolpath saat pemotongan juga terlihat
pada Gambar 2.10. Sumbu pahat selalu
vertikal dan perlu dicatat bahwa setiap titik disepanjang cutting edge yang memotong permukaan benda kerja sangat bergantung
pada bentuk kurvatur permukaan tersebut. Untuk mendapatkan keakuratan yang
lebih baik maka dipilih mesin perkakas dengan sumbu tambahan, yaitu mesin
perkakas 4-axis dan 5-axis.
Gambar 2.10 Permesinan
3-axis
Sumber: Radhakrishnan9
2.2.2 Mesin 4-Axis
Sebagaimana
yang ditampilkan pada gambar 2.11, pergerakan mesin 4-axis sumbu pahatnya tidak
selalu vertikal. Dengan kata lain sumbu pada mesin 4 axis selain sumbu X, Y,Z telah
ditambahkan sumbu rotasi A. Mesin CNC 4
axis lebih dapat menjangkau bagian – bagian dari permukaan yang pada mesin 3-axis
tidak dapat dijangkau, sehingga dapat membuat produk dengan giometri yang lebih
kompleks dari biasa dilakukan oleh mesin CNC 3 axis.
Gambar 2.11 Permesinan
4-axis
Sumber: Radhakrishnan9
2.2.4 Mesin 5-Axis
Permesinan beberapa
komponen-komponen pesawat membutuhkan mesin dengan pergerakan 5-axis karena
komponen-komponen tersebut memiliki bentuk permukaan yang rumit (lihat Gambar
2.12). Lima sumbu yang dimiliki mesin 5-axis adalah sumbu X, Y, Z (translasi),
A (rotasi pada sumbu X) dan B (rotasi pada sumbu Y). Tool diputar terhadap sumbu X begitu pula pada sumbu Y sehingga
sumbu tool dan normal terhadap suatu
titik potong dipermukaan menjadi collinear.
Beberapa komponen yang umumnya membutuhkan permesinan 5-axis adalah tool untuk
melakukan pressing pada komponen body
mobil, komponen pesawat, cetakan mesin plastic
injection molding, cetakan cor, impellers,
propeller, dan sebagainya. Gerakan
rotasi pada mesin 5-axis disediakan baik pada spindle maupun meja benda kerja. Komponen yang dikerjakan oleh
mesin 5-axis hanya membutuhkan proses hand
finishing yang sedikit.
Gambar 2.9 Permesinan
5-axis
Sumber: Radhakrisnan9
Adapun beberapa contoh konfigurasi
mesin 5-axis dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Contoh konfigurasi mesin
5-axis
Sumber: Ann Mazakas10
Pada contoh pertama table/table,
dua sumbu rotasi terletak pada table
(meja). Sumbu B dan C memutar benda kerja. Gerak linier dikendalikan oleh milling head. Pada contoh kedua, meja
berputar pada sumbu C namun gerak rotasi sumbu B dikendalikan oleh tool. Sumbu linier terletak pada sumbu
Z. pada contoh terakhir, dua sumbu rotasi terletak pada milling head.
2.3.1 Computer Numerical
Control (CNC)
Computer Numerical Control (CNC) merupakan sistem otomatisasi
mesin perkakas yang dioperasikan oleh perintah
yang diprogram secara abstrak dan disimpan pada media
penyimpanan digital. Mesin-mesin CNC dibangun untuk menjawab tantangan di dunia
manufaktur modern. Dengan menggunakan mesin CNC, ketelitian suatu produk dapat
dijamin hingga 1/100 mm, pengerjaan produk masal dengan hasil yang sama persis dengan
desain dan waktu permesinan yang cepat. Hal ini digunakan secara tidak langsung bagian dari proses
permesinan dies dan mold yang mana mereka dicetak atau dituang,atau
langsung diproduksi seperti sudu turbin. Saat ini mesin CNC mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan perangkat lunak CAD/CAM. Perangkat lunak computer aided design (CAD) memberikan dimensi produk, sedangkan
perangkat lunak computer aided
manugfacturing (CAM) men-simulasikan proses permesinannya. Hasil simulasi
dapat disubtitusikan kedalam bentuk kode G yang dimengerti oleh mesin CNC sebagai
suatu perintah pemotongan.
2.3 Teknologi CAD/CAM
Aktifitas
pengembangan produk dimulai dari desain produk tersebut. Aktifitas ini sangat
penting karena akan berdampak langsung pada harga, unjuk kerja, umur komponen,
kualitas, mampu manufaktur, dan seterusnya dari produk. Proses manufaktur suatu
komponen mesin membutuhkan gambar rancangan kompenen tersebut. Seorang operator
mesin memerlukan gambar komponen yang akan dibuat dan lembaran langkah-langkah
intruksi pengerjaan untuk membuat komponen tersebut. Gambar juga dibutuhkan
pada saat perencanaan proses, desain tool,
rencana produksi, dan CNC.
Computer aided design (CAD) merupakan
salah satu teknik yang sangat baik dalam pembuatan Gambar. Pada awal
pengembangannya, CAD memiliki beberapa paket untuk menggambar. Gambar 2.10
menunjukkan gambar empat pandangan dari suatu komponen. Karena pada gambar ini
hanya membutuhkan dua sumbu koordinat yaitu X dan Y, maka peket pada perangkat
lunak CAD tersebut disebut two-dimensional
(2D) drafting packages. Seiring berevolusinya CAD, banyak dari peket-paket
yang dikembangkan sudah meningkat dan berbasis 3D.
Gambar 2.10 Gambar teknik
empat pandangan dari suatu komponen
Sumber: Radhakrisnan9
Seiring meningkatnya tantangan pada pembuatan
komponen dengan kompleksitas tinggi, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
dunia manufaktur adalah mengevaluasi baik pada proses desain dan proses
manufakturnya. Jika sebelumnnya adalah proses permesinan yang dilakukan untuk
membuat banyak komponen untuk kemudian dirakit, maka saat ini dibuat lebih
singkat dengan mengkombinasikan banyak komponen yang kemudian dirakit tersebut
menjadi satu komponen tunggal yang mana dahulu masih terlalu rumit untuk
dikerjakan. Suatu sistem CAM dapat membuat proses pemograman mesin CNC menjadi
lebih mudah. Kemudian Sistem CAM juga menyediakan fitur simulasi permesinan real time pada komputer resiko kerusakan
benda kerja pada saat permesinan pada mesin CNC dapat dihindari atau dengan
kata lain risk-free (bebas resiko).
Gambar 2.11. Simulasi permesinan pada perangkat lunak CAM
Sumber: Ann Mazakas10
2.4 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah salah satu pembangkit yang memanfaatkan aliran
air untuk diubah menjadi energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini
biasa disebut sebagai hidroelektrik. Pembangkit listrik ini bekerja dengan cara
merubah energi air yang mengalir (dari bendungan atau air terjun) menjadi
energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi
energi listrik (dengan bantuan generator). Kemudian energi listrik tersebut
dialirkan melalui jaringan-jaringan yang telah dibuat, hingga akhirnya energi
listrik tersebut sampai ke konsumen.
Turbin air adalah suatu alat untuk mengubah
energi air menjadi energi puntir. Energi air mengandung energi potensial
termasuk komponen tekanan dan kecepatan aliran air yang terkandung didalamnya
merubah energi kinetik untuk memutar turbin. Energi puntir yang dihasilkan
selanjutnya diubah menjadi energi listrik melalui generator. Secara umum
komponen turbin terdiri dari poros dan sudu-sudu serta sudu tetap (stationary blade) yang tidak ikut berputar. Sudu tetap berfungsi hanya mengarahkan
aliran fluida sedangkan sudu putar (rotary blade) mengubah arah dan kecepatan
aliran fluida sehingga menimbulkan gaya yang memutar poros.
Penjelasan lengkap
mengenai daerah aplikasi dari tiap jenis turbin ditunjukkan pada Gambar 2.12
Gambar ini menunjukkan penentuan jenis turbin berdasarkan perbedaaan volume
alir dan tinggi jatuh air serta daya luaran yang dapat dibangkitkan untuk
setiap kategori turbin.
Gambar 2.12 Jenis turbin
dan daerah operasinya
Sumber: Andrea11
2.4.1 Pembangkit
listrik tenaga mikro hidro (PLTMH)
Tenaga air berdasarkan
tingkatan daya yang dihasilkan dapat dikelompokkan atas beberapa kategori
seperti mini-hidro mengacu pada daya luaran yang dihasilkan lebih kecil 2 MW,
mikro-hidro lebih kecil 500 kW dan pico-hidro lebih kecil dari 10 kW. Akan
tetapi secara internasional belum ada definisi mengenai tenaga air kecil yang
disepakati (“small”-hydro). Penentuan tinggi atau rendah head mengacu ketinggian jatuh air,
dimana head yang berada pada lebih kecil dari 2000 m dan lebih besar 2000 m
dinyatakan memiliki head tinggi (200 m < H< 2000 m). Sedangkan head yang berada pada interval
ketinggian lebih kecil 200 m dan lebih besar 20 m dinyatakan head menengah (20 m < H< 200 m). Untuk
head yang berada pada
ketinggian lebih kecil 20 m dan lebih besar 2 m dinyatakan head rendah (2 m < H<
20 m) (Irwansyah12).
2.4.2 Klasifikasi turbin air
Secara umum
jenis turbin air dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu turbin impuls
dan turbin reaksi. Pada turbin impuls energi potensial air diubah menjadi
energi kinetik melalui nosel. Air keluar nosel yang mempunyai kecepatan tinggi
membentur sudu turbin. Adapun contoh turbin impuls diantaranya, turbin pelton dan turbin cross-flow.
Pada turbin
pelton (lihat Gambar 2.12), sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan
mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua
arah sehingga dapat membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu
dari gaya-gaya samping. Sedangkan pada turbin cross-flow, pancaran air masuk
turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi
energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya
(lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu
yang dipasang pada sepasang piringan parallel.
Gambar 2.12 Turbin pelton
Gambar 2.13
sudu turbin Crossflow
Sumber : Boyle, Renewable Energy, 2nd
edition, Oxford University Press, 2003
Pada turbin reaksi, sudu pada turbin mempunyai profil khusus
yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu.
Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian
turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip
ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi. Runner turbin reaksi sepenuhnya
tercelup dalam air dan berada dalam rumah turbin. Adapun jenis-jenis turbin
reaksi adalah turbin francis turbin Francis
dan turbin Kaplan. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah.
Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada Turbin
Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah
yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air
penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat. Sedangkan
pada turbin Kaplan, Sudu Turbin Kaplan bentuknya mirip dengan propeller perahu
dan biasanya terdiri dari 6 sudu.
Gambar 2.13 Turbin francis
Gambar 2.14 Turbin Kaplan
2.4.2 Perencanaan dimensi runner turbin
Kaplan
Pada
perancangan geometri turbin Kaplan atau propeller
terdapat tiga variable yang harus
diketahui, yaitu tinggi jatuh air (head),
debit air dan kecepatan spesifik. Untuk Perencanaan dimensi turbin ada beberapa
perhitungan yang harus dilakuka. Pertama perhitungan diameter runner yang
dihitung berdasarkan putaran turbin, dengan mengunakan persamaam berikut (Sarika5):
Persamaan 1
Dimana :
Drunner = diameter runner
U1 = kecepatan kelling sudu pada
bagian ujung (m/s)
n = putaran turbin (rpm)
Sehingga jari – jari
runner dihitung dengan persamaan 2
R=Drunner/2
Menghitung diameter bush (d) digunakan persamaan 3.
dbush=0,35 x Drunner
Dimana : dbush =
dimana bush (m). Sehingga didapat jari –
jari bush pada roda turbin adalah :
r=dbush/2
Kemudian menghitung
diameter shaft (Dshaft) digunakan persamaan 5:
Dshasft=
dbush/2,3
Dimana
: Dshaft =Diameter shaft (m)
Untuk
menghitung jarak antara sudu (L1) dapat menggunakan persamaan 6.
L1=(Drunner x π)/z
Dimana
: L1 = jarak antara
sudu (m)
Z = jumlah sudu
dan
terakhir, untuk menghitung lebar runner pada arah melingkar ujung sudu (L2) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7.
L2=(dbush x
π)/z
3. VIEW kemudian pilih toggle oprations manager, untuk menampilkan langkah pemilihan parameter
4. Mechine type untuk jenis pemilihan proses dan dipilih proses milling karena bentuk yang akan di
potong rumit kemudian pilih stock setup untuk pemilihan bentuk
matrial yang akan di potong cylindrical
biar matrial tidak banyak terbuang karna bentuk yang akan di potong
berbentuk silender
7. Toolpath type → costom
App → blade expert pemilihan jenis – jenis lintasan pahat
8. Cut pattem bentuk pemotongan
roughing Pandangan depan
Blade pinising pandangan samping
Hub pinising pandangan samping
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas asil simulasi dari software Autodesk Inventor dan mastercam, penelitian ini di kususkan oleh peroses
simulasi sudu turbin kaplan
4. 1 Hasil Perhitungan
Perencanaan diameter runner
Dalam
perancangan dimensi ruang pada turbin propeller di pengaruhi oleh tiga
variabel,yaitu tinggi jatuh air (head), debit air dan kecepatan spesifik. Untuk
Perencanaan dimensi turbin ada beberapa
perhitungan yaitu :
Diameter runner
Diameter
runner pada turbin propeller di hitung berdasarkan putaran turbin, dengan
mengunakan persamaam (Wibowo, 2007 : 70)Drunner
Drunner=(60
x U1)/(π x n )
Dimana
: Drunner = diameter runner
U1 = kecepatan kelling sudu pada bagian ujung
(m/s)
n = putaran turbin (rpm)
sehingga
jari – jari pada runner turbin propeller adalah :
R=Drunner/2
Diameter bush
Untuk menghitung
bush (d) dapat digunakan persamaan berikut (Wibowo, 2007 : 70)
dbush = 0,35 x Drunner
Dimana : dbush = dimana bush
(m)
Sehingga didapat
jari – jari bush pada roda turbin adalah
:
r=(dbush )/2
Diameter shaft
Untuk menghitung diameter shaft (Dshaft)
dapat digunakan persamaan berikut (Wibowo,
2007 : 70)
Dshaft=(dbush
)/2,3
Dimana : Dshaft
=Diameter shaft (m)
Jarak antan sudu
Untuk menghitung jarak antara sudu (L1)dapat digunakan
persamaan berikut (Wibowo, 2007 :
70)
L1=(Drunner x
π)/z
Dimana : L1
= jarak antara sudu (m)
Z =
jumlah sudu
Untuk menghitung lebar runner pada arah melingkar
ujung sudu (L2) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan (Wibowo, 2007 :
70) :
L2=(dbush x
π)/z
Berdasar kan analisa perancangan turbin propeller
sebelumnya oleh sarika , dimensi utama turbin seperti tabel di bawah ini :
4. 3
langkah proses
4. 3 1 Flowchart
Rouging
Blade finishing
Hub finishing
4. 3.2 Langkah proses simulasi
TAHAPAN 1
1. Bukak masterCAM ,kemudian pilih FILE, → OPEN untuk memangil gambar
yang telah dibuat dengan CAD
1 2. SAHADED merubah
gambar ke tiga dimensi
3. VIEW kemudian pilih toggle oprations manager, untuk menampilkan langkah pemilihan parameter
5. Tool setting untuk memilih lintasan pahat, letak mula dan
akir mata tool dan pemilihan matrial yang akan di pakai.
6. Toolpaths untuk memilih lintasan yang akan di gunakan
yaitu
multiaxis biar pahat yang di gunakan lebih optimal karna bentuk yang
akan di kerjakan sangat rumit,dan bisa mengurangi setup secara signifikan.
8. Cut pattem bentuk pemotongan
9. Part definition bagian bagian yang akan di potong
10. Tool axis control cara kerja tool untuk memotong
11. Lingking batas lintasan tool
4.4 Hasil simulasi
1.
Roughing
Roughing pandangan samping
2.
Blade pinising
Blade pinising pandangan depan
Blade pinising pandangan samping
3.
Hub pinising
Hub
pinising pandangan depan
Download disini
Ada cad dan cam nya memakai sofware apa bng?
ReplyDeleteCAD SOFWARE AUTODESK INVENTOR DAN CAM MASTERCAM
DeleteYg sudah di buat mana hasilnya
ReplyDeleteItu masih bab 1 mana ada asil
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteteriiiiimakasih
ReplyDeletesikit kali cuman BAB 1
Bab II kk !
ReplyDeleteok terikasih bab 2 nya...kok sikit bab 2 nya
ReplyDeleteSemua terus bos..dari bab satu sampai bab selanjutnya.. Selalu tanggung2.. Tapi terimakasih seginipun bosqu
ReplyDeleteDaftar pustakanya mintak lah
ReplyDeleteHasiiiiiilnya bos
ReplyDelete